1. *Ia adalah Firman yang sehakekat melekat bersama-sama dengan Allah*
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Ada sebuah idiom: "anda adalah perkataan anda". Anda tidak dapat dipisahkan dari statement perkataan anda.
Bila diterjemahkan dalam "bahasa ngelmu" Jawa menurut tulisannya Bambang Noorsena: _mungguh ing daging lan mungguhing roh, pinutra nora pinutrake, mijil saka Maryam lan mijil saka Allah, loro-loroning atunggil "Sebagai sabda Allah",
St. Ignatius menulis, "Kristus keluar dari Dzat Allah apa seges proelthon (dari keheninigan kekal). 'Isa adalah Kalimatullah, SAbda Langgeng kang mijil saking Dzat Allah Kang Maha Langgeng ing kelanggengan (Firman abadi yang keluar dari Dzat Allah yang abadi dari keabadian). Mengatasi ruang, waktu, qabla kulla ad duhr(sebelum segala abad), bi ghayri jasad (bukan kelahiran jasad). Itulah kelahiran Ilahi Sabda Allah dari Allah min al Ab dunu al-umin. Lahir dari SAng BApa tanpa ibu. Mijil saking Hyang Agung saderenging wonten jagad bawana gung, tanpa dunung, tanpa biyung. Mengapa ditegaskan tanpa ruang, tanpa waktu, tanpa jasad, dan tanpa ibu? Sebab Allah itu, *Non et generans neque genita*.
Maksudnya, persis sama dengan dalil Islam Lam Yalid wa lam Yulad. Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan secara fisik. Firman Allah itu kemudian nuzul (turun) dari surga dan menjadi manusia untuk mengembalikan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa "mulih marang mulanira" (kembali ke asal mulanya), yaitu "yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah" (Jawa: tinulad saka pesemon lan citrane Gusti Allah). Sebab sebagaimana Firman Allah, Kanjeng Gusti 'Isa adalah "Citrane Gusti Allah kang orang katingal" (Kolose 1:15, "Gambar Allah yang tidak kelihatan"). Firman Allah yang ghayr al-Makhlug (bukan ciptaan), menjadi model bagi seluruh manusia "yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya" (Kejadian 1:26-27).
Dan setelah kejatuhan manusia dalam dosa, tidak ada seorang pun yang mampu mengembalikan manusia kepada fitrah penciptaannya mula-mula menurut gambar dan rupa Allah itu, jikalau bukan gambar dan rupa Allah sendiri, yaitu Kanjeng Nabi 'Isa Kalimatullah (SAbda Allah). Dalam penghayatan Kristen, keselamatan manusia tidak hantya digambarkan dengan "munggah swarga" (masuk surga) saja. Apalagi kalau surga masih digambarkan dengan kolam susu, mandi madu, dan para bidadari cantik, serta gambaran kenikmatan duniawi lainnya. Dalam pandangan Kristen, tujuan keselamatan manusia adalah mencapai "manunggaling kawula-Gusti". Itulah yang dimaksud dengan "...dadia tunggal sipaf kaya Allah" (II Peterus 1:4). Dalam terjemahan bahasa Arab: tasyiru syuraka'a fii ath-athabiat al-Ilahi-yah ("...supaya mengambil bagian dalam kodrat Ilahi").
2. *Ia adalah awal dari segalanya yang ada di alam semesta ini*
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Idiom: Eling asale Eling baline (ingat dari mana kita berasal – ingat bagaimana kita akan pulang)
Dalam tradisi Jawa ada ilmu spiritual yang dalam dan pamungkas yaitu "Ilmu Sangkan Paraning Dumadi" dan para pencarinya akan dinilai "reh mangukut - kukutaning jiwanggo - sepi hawa nafsu" kalau memahaminya dan hidup didalam ilmu tersebut. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita menyimak tembang dari Syech Siti Jenar yang digubah oleh Raden Panji Natara dan digubah lagi oleh Bratakesawa yang bunyinya seperti ini:
"Kowe padha kuwalik panemumu, angira donya iki ngalame wong urip, akerat kuwi ngalame wong mati; mulane kowe pada kanthil-kumanthil marang kahanan ing donya, sarta suthik aninggal donya."
("Terbalik pendapatmu, mengira dunia ini alamnya orang hidup, akherat itu alamnya orang mati. Makanya kamu sangat lekat dengan kehidupan dunia, dan tidak mau meninggalkan alam dunia")
Pertanyaan yang muncul dari tembang Syech Siti Jenar adalah: Kalau dunia ini bukan alamnya orang hidup, lalu alamnya siapa? Syech Siti Jenar menambahkan penjelasannya: "Sanyatane, donya iki ngalame wong mati, iya ing kene iki anane swarga lan naraka, tegese, bungah lan susah. Sawise kita ninggal donya iki, kita bali urip langgeng, ora ana bedane antarane ratu karo kere, wali karo bajingan." (Kenyataannya, dunia ini alamnya orang mati, iya di dunia ini adanya surga dan neraka, artinya senang dan susah. Setelah kita meninggalkan alam dunia ini, kita kembali hidup langgeng, tidak ada bedanya antara yang berpangkat ratu dan orang miskin, wali ataupun bajingan")
Dari pendapat Syech Siti Jenar itu kita bisa belajar, bahwa hidup di dunia ini yang serba berubah seperti roda (kadang berada di bawah, kadang berada di atas), besok mendapat kesenangan, lusa memperoleh kesusahan, dan itu bukanlah merupakan hidup yang sejati ataupun langgeng.
Wejangan beberapa leluhur Jawa lainnya ,mengatakan: "Urip sing sejati yaiku urip sing tan keno pati". (hidup yang sejati itu adalah hidup yang tidak bisa terkena kematian). Ya, kita semua bakal hidup sejati. Tetapi permasalahan yang muncul adalah, SIAPKAH atau LAYAKAH kita menghadapi hidup yang sejati jika kita senantiasa berpegang teguh pada kehidupan di dunia yang serba fana?
"Tangeh lamun siro bisa ngerti sampurnaning pati, yen siro ora ngerti sampurnaning urip."
(mustahil kamu bisa mengerti kematian yang sempurna, jika kamu tidak mengerti hidup yang sempurna).
Oleh karena itu, kita wajib untuk menimba ilmu kehidupan agar hidup kita menjadi sempurna dan mampu meninggalkan alam dunia ini menuju ke kematian yang sempurna pula. Yaitu masuknya kita pada alam kehidupan yang sejati yang berasal dari Gusti Allah.
3. *Ia adalah Kehidupan dan Terang dunia ini*
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Dalam pemahaman spiritual ketimuran ada istilah Jagad Alit : sthula sarira 👉 sukma sarira 👉 atma 👉 purusha 👉 brahman
Pemahaman dan menyadari siapakah sumber / pemilik kehidupan dan terang kehidupan tersebut. Hanya Dia yang disebut Tuhan sangkan paraning dumadi yang boleh menyadang gelar oemilik hidup dan terang.
Dalam sastra Jawa kuno pribadi "Brahman" adalah asal kehidupan yang penuh welas asih, penuh cahaya keagungan, dan tidak dapat dibandingkan dengan siapapun serta apapun.
*Konklusi*
1. Yesus Kristus adalah sehakekat sederajat dan melekat dalam satu pribadi, yaitu Allah.
2. Yesus Kristus adalah Brahman, darimana seluruh alam semesta dan yang hidup itu berasal.
3. Yesus Kristus adalah Cahaya keagungan ilahi yang masuk kedalam dunia dan menjadi mercusuar penuntun kepada jalan keselamatan.
GBU all
Sonny
Sumber:
1. Alkitab
2. http://rahasiakehidupanmanusia.blogspot.co.id/2013/02/rahasia-sangkan-paraning-dumadi.html
3. https://www.kompasiana.com/kangsamad/kanjeng-gusti-isa-kalimatullah-dan-sang-manunggaling-kawula-gusti_55003593813311d019fa73bb
Rabu, 06 Desember 2017
*Yesus Menurut Yohanes 1:1-4 (TB)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KUASA DARAH YESUS MENURUT WAHYU 1:5b
... Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. Wahyu 1:5 b (TB) Kothbah Oleh: Ev. Sonny C...
-
Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demik...
-
SMIRNA Smirna [Σμύρνη atau Σμύρνα] adalah salah satu kota dari ketujuh kota yang menerima surat dari Yohanes. Hal tersebut dicat...
-
Ilustrasi: Keramik pecah milik bapakku. PERJANJIAN LAMA Yehezkiel 11:19-20 (TB) Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar