Oleh: Ev. Sonny C S, MTh
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Yakobus 1:19-20 (TB)
Dalam sebuah acara kuis di jakarta, sang Host mengajukan pertanyaan sebagai berikut: “apakah yang lebih cepat dari roket pendorong pesawat luar angkasa ?” banyak jawaban disampaikan oleh para peserta kuis, kecuali satu peserta, yang terlihat serius berhitung dengan kalkulator pd handphonenya. Melihat hal itu si host heran dan bertanya: kenapa anda serius sekali ? Sang peserta itu menjawab “sepertinya tidak ada yang lebih cepat dari lidah istri saya !” sambil menunjukan telpon dari istrinya di Serui Papua yang masih tersambung dan mengancam akan meninggalkannya jika dia terus melakukan kesalahan dalam menjawab ! Maka tertawalah seluruh ruangan studio itu.
Kisah di atas adalah sebuah lelucon yang memang memiliki banyak sekali unsur kebenarannya, kita sering kali meledakkan kata-kata kita sebagai sebuah reaksi yang dilakukan tanpa berpikir panjang, lebih cepat datang dan menusuk hati sesama kita dibandingkan kecepatan pesawat jet. Saya melihat banyak peristiwa tersebut dalam keseharian kehidupan kita.
Lidah Roket
Akhir-akhir ini tertarik dengan kasus anak Debora di RS Mitra Keluarga Jakarta. Kasus sepertinya makin membesar, dan ada beberapa pihak melihatnya sebagai sesuatu yang menguntungkan untuk diekspose. Akan tetapi banyak ekspose, terutama di medsos yang melupakan asas-asas pembahasan dan penyelesaian masalah dengan cara yang posistif, bahkan banyak teman yang melabeli dirinya sebagai Hamba Tuhan juga terseret arus, ikut copas dan share statement-statemnet yang muncul dari pemikiran pendek tanpa investigasi yang mendalam, sambil mencantumkan komentar-komentar yang muncul dari sebagainreaksi terhadap berita yang ada, sekalipun belum tentu demikian kebenarannya. Memiliki rasa simpati boleh akan tetapi jika tidak bijak dalam bersimpati maka tindakan kita menjadi tidak memiliki kebajikan, dan kontra produktif.
Dengan terlalu cepatnya kita bereaksi dengan lidah yang cepat seperti roket, serta tanpa berpikir panjang, maka sering kali kita menimbulkan banyak kekacauan dan kerusakan, bahkan kemarahan yang ujungnya berlawanan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Yasir Qadhi seorang intelektual Muslim Amerika, menyatakan sebagai berikut: “lidah itu adalah bagian kecil dari tubuh daging manusia, akan tetapi memiliki kekuatan yang besar untuk memutuskan ikatan atau hubungan antar sesama manusia yang terkuat sekalipun”. Sedangkan Joel Osteen mengatakan “anda bisa mengubah dunia disekitar anda dengan mengubah sifat dan sikap lidah anda, ingatlah bahwa hidup mati anda dikuasai oleh lidah anda”.
Apa kata Alkitab tentang penyelesaian konflik ?
Perjanjian Lama
Amsal 18:17 (ver. SB2010) Orang yang mula-mula mengadukan perkaranya tampak benar, hingga kemudian datang lawannya lalu memeriksa dia. Di dalam (ver.TB) diterjemahkan “Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.”
Amsal 18:21 (TB) Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
Perjanajian Baru
Matius 18:15-17 (TB) "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Kita melihat disana sebuah pola yang jelas, bahwa kita diwajibkan melakukan “cross check” guna menggali kebenaran dan kita juga harus melakukan prosesnya secara bertahap serta hati-hati sebelum kita menyimpulkan sesuatu dari kasus tersebut.
1.Periksa dengan detail perkaranya, kumpulkan info dari kedua pihak
2.Nyatakanlah apa yang salah, dengan prosedur yang benar. Secara pribadi, kekeluargaan, dihadapan saksi, bisa juga melalui peengadilan, dll.
3.Menghindari menyebarkan berita yang tidak berdasar, atau bahkan hanya sekedar “katanya”, supaya kita tidak tertulari virus “lidah dusta” dan mendatangkan malapetaka atas orang lain maupun diri sendiri.
4.Selesaikanlah konflik dengan semangat persaudaraan bukan semangat permusuhan dan berujung pada pertikaian, perpecahan, serta kekacauan, yang merugikan banyak pihak.
Konklusi
Adalah sebuah kebijaksanaan yang menghasilkan perbuatan kebajikan, jika kita menjalankan kebenaran-kebenaran tersebut diatas supaya kita tidak menjadikan diri kita seorang pemfitnah atau ikut menjadi penyebar fitnah. Isa Almasih mengatakan di dalam Matius 5:36-37 (TB) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar