Lima tahun sekali, bangsa Indonesia merayakan pesta demokrasi, untuk memilih para pemimpin bangsa yang akan duduk di kursi wakil rakyat untuk menjalankan peranannya sebagai team legislatif, maupun mereka yang akan menjadi presiden dan wakil presiden, yang akan duduk diatas kursi pemerintahan dan menjalankan fungsi eksekutif. Mereka kita pilih untuk menjalankan roda-roda penggerak bangsa ini, menuju kepada visi sebagai mana ditulis dalam pembukaan UUD 1945.
PEMBUKAAN UUD 1945
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Untuk mewujudkan visi para pendiri negara ini, maka kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas, hukan pemimpin yang asal comot dan sekedar memiliki dana besar. Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki mentalitas yang sehat, dan memiliki semangat pengabdian bagi bangsa ini. Serta jangan lupa bahwa kita juga membutuhkan kepemimpinan yang berani melakukan perubahan-perubahan demi menuju pada terwujudnya visi, sekalipun harus berbenturan dengan status quo dari rezim masa lalu yang berpesta diatas penderitaan rakyat dengan menunggangi bulldozer: korupsi, kolusi, dan nepotisme.
ORANG KRISTEN DAN PESTA DEMOKRASI
Sebagai orang Kristen dan memiliki jumlah yang minoritas di negara ini, kita bukanlah sekedar penggembira tanpa arti atau tanpa memiliki harapan sebagai salah satu pengelola negara ini. Dalam prinsip demokrasi pesta lima tahunan ini adalah kesempatan bagi kita untuk menikmati kesetaraan dan memiliki kesamaan hak dalam menentukan kepada siapa suara dukungan kita di berikan.
1. Berpihaklah pada Kebenaran
Firman Tuhan memerintahkan kita supaya kita aktif di dalam pembentukan "good and clean goverment", - jadilah pemilih cerdas, pilihlah orang2 yang sesuai dengan standar etika moral kekristenan kita, yaitu Alkitab.
Keluaran 18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
Aplikasi Firman Tuhan di dalam Keluaran 18:21 bagi kita dalam masa pemilu legislatif dan presiden adalah ketaatan dan keberanian untuk mencari pemimpin-pemimpin yang:
1. Cakap/capable men "bicara mengenai pendidikan, skill dan penguasaan kemampuan di bidangnya"
2. Takut akan Allah/God-fearing "bicara mengenai pendirian pada etika moral yg sehat secara universal dalam kehidupan pribadi maupun dengan sesama.
3. Orang2 yg dpt dipercaya/men of truth "bicara mengenai integritas"
4. Benci suap/who hate bribes (segala bentuk suap) "bicara mengenai jujur dlm perkara duniawi yang tidak kekal"
Empat hal diatas merupakan parameter bagi keberpihakan kita dalam pemilihan umum ini. Kita harus taat kepada Tuhan, berani dan tegas dalam menyaring setiap calon pemimpin bangsa kita.
2. Budayakan Hidup Dalam Empat Parameter
Sebagai orang Kristen kita juga harus membudayakan pola hidup yang sesuai denga empat parameter atau empat tolok ukur dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan bermasyarakat.
Keempat tolok ukur tersebut adalah hal yang baik yang dan memberijan kekuatan kepada kita untuk "rejecting" pada pola politik uang, kampanye hitam dan kampanye yang menjual mimpi-mimpi bohong kepada bangsa ini, serta melakukan "affirmation" kepada kampanye yang jujur dan adil. Kita sebagai orang Kristen akan menjadi sulit di beli, kita akan menjadi orang-orang dengan integritas yang akan menggarami dan menjadi terang bagi bangsa ini.
3. Orang Kristen Harus Berani Tampil Menjadi Pemimpin
Dengan berpegang pada pola budaya baik yang berintegritas berdasarkan Firman Tuhan ini, dan demi tercapainya visi bangsa dan negara ini, kita seharusnya tidak akan mudah menjadi tinggal diam atau "cuek bebek" dengan kondisi saat ini.
Bangsa Indonesia dapat di ibaratkan dengan metafora ironis sebagai tikus yang sekarat dan tidak jarang yang mati di atas tumpukan ribuan karung yang berisi beras. Kita bangsa yang kaya akan tetapi kita menderita karena kemiskinan, kita menderita karena penjajahan ekonomi dari negara-negara kuat lainnya, kita menjadi tergantung dukungan bantuan keuangan "hutang" dari bangsa lain dan bahkan tidak jarang hingga menjual harga diri, sungguh sebuah pemandangan kontradiktif yang ada di seantero negeri. Bahkan lebih menyakitkan lagi, bangsakita dinilai oleh orang luar sebagai bangsa yang masuk dalam katagori bangsa yang gagal.
Secara kodrati perubahan adalah sebuah proses keharusan yang tidak dapat ditolak ataupun di hindari oleh manusia, termasuk juga Indonesia baik secara makro maupun secara mikro demi terwujudnya visi bangsa ini, yang telah di ijinkan Tuhan berdiri selama 69 tahun ini. Tuhan tidak iseng berkehendak akan hal tersebut.
Dalam bukunya The Leadership Experience, dinhalaman 659 Daft mengatakan, "change is the leadership reaponsibility", perubahan adalah tanggung jawab pemimpin. Tetapi kenapa pemimpin bangsa ini silih berganti dan tetap tidak ada lompatan kedepan yang merubah dan membawa bangsa ini secara signifikan lebih mendekat kepada penggenapan visi para pendiri negara ini ?; karena kesalahan pemimpin-pemimpin bangsa ini. Oleh sebab itu panggilah siapa saja yang hidupnya memiliki empat kebaikan tersebut. Dan jika itu ada pada dirimu janganlah engkau menjadi diam saja ajukan dirimu, supaya cita-cita bangsa ini sebagaimana di muat dalam pembukaan UUD 1945 tergenapi.
Firman Tuhan berkata di dalam Yakobus 4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Lihatlah anda akan berdosa jika anda berdiam diri jika tahu bagaimana dia harus berbuat baik dan berdiam diri. Anda ini garam dan terang dunia ini, anda memiliki kewajiban untuk menjadi perubah rasa bagi bangsa ini, kehambaran menjadi sedap, kegelapan menjadi terang. Janganlah kita memandang sempit aplikasi mandat budaya dan mandat Injil itu, hanya sebatas di lingkup tembok-tembok imajiner minoritas kita, keluarlah, pergilah, lihatlah dan ulurkanlah tanganmu yang penuh talenta dan kehidupan baru itu kepada Indonesia.
KONKLUSI:
Sebagai orang Indonesia percaya kepada Yesus, yang di kehendaki Tuhan lahir, tinggal dan menikmati kekayaan Indonesia, kita tidak bisa tinggal diam, berpartisipasilah dalam pergerakan maju bangsa ini. Buang belenggu imajiner minoritasmu itu, krn kita dihadapan Tuhan dan hukum di bangsa ini adalah sama.
Jangan takut dan gentar dengan raungan dan geraman ribuan serigala disekitarmu yang mungkin diijinkan Tuhan merobek dagingmu dan memakan tubuhmu hidup-hidup, takutlah akannTUHAN karena hanya kepada TUHAN saja engkau harus takut, karena Dia saja yang sanggup membinasakan baik tubuhmu, jiwamu, serta rohmu ke dalam neraka jahanam yang kekal. Amin.
Gbu all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar