Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
1 Samuel 16:7
Suatu malam saya dibuat kaget dan jengkel dengan tindakan anak - anak saya, mereka membuat banner dari kertas dan menggambar dengan spidol merah serta menempelkannya dengan lem dan double tape di pintu depan rumah. reaksi saya pertama adalah marah, jengkel, dan menilai bahwa itu adalah perbuatan yang keliru dan membuat kotor pintu rumah yang bercat puti itu.
Tetapi ada suara yang kuat dari dalam hati saya, untuk menjadi tenang dan merenungkan maksud hati anak-anak saya. setelah bisa menguasai diri saya segera berjalan dari halaman rumah ke teras dan mulai melihat dengan teliti dan menilai maksud dari gambar-gambar tersebut. Ketika memahami maksud lukisan itu, saya menjadi malu dengan diri saya yang sempat marah dan menyesalinya, saya mulai memahami maksud hati anak-anak saya, mereka merindukan kami, mereka merindukan kehangatan dan perlindungan, mereka kangen kepada kami karena sering ditingal beraktifitas kerja dan pelayanan hingga malam, pembantu di rumah dinyatakan oleh mereka melalui gambar tersebut, tidak dapat menggantikan posisi kami. Wow .... saya bersyukur atas itu semua.
Perbedaan parameter penilaian antara manusia dengan TUHAN inilah yang harus kita pahami, supaya anda tidak mudah tertipu oleh penampilan manusia. Anda bisa tettipu dan menghakimi mereka dengan buruk atau bisa juga over / berlebihan didalam memuji.
Selama kita berhubungan dengan manusia, serta jika kita menggunakan standar penilaian manusia didalam membangun hubungan tersebut, maka kesalahan kita didalam menilai manusia ini dapat terjadi disemua bidang.
1 Samuel 16:7 menyatakan bahwa Tuhan dengan segala ke - Maha-an Nya berkenan untuk menilai kita bukan tampilan luar kita, yang sering membuat manusia mengalami miss judgement / salah penilaian, melainkan mengetahui dan mahami apa yang terdalam di hati kita - yang menjadi motivasi kita - yang menjadi alasan kita.
Hal itu juga yang saya pelajari ketika saya melihat corat coret anak-anak saya waktu itu, secara manusia saya melihat itu jelek dan membuat kotor pintu rumah, akan tetapi saya berusaha cepat menguasai diri dan pasang senyuman serta BELAJAR memahami isi hati anak-anak saya itu, sekalipun sulit dan berkali-kali saya tidak sabar, akan tetapi tetap harus belajar.
Mari belajar memahami isi hati sesama kita, terlebih dahulu dari komunitas terdekat kita.
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih,
GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar