BAB
I
PENDAHULUAN
Krisis
adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat
membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk.
Setiap
krisis adalah suatu “emergency”, namun tidak setiap “emergency”
adalah suatu krisis. Krisis ditangani oleh team manajemen krisis yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Krisis adalah kondisi
tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang
potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat
(emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan
terjadinya dan menuntut penanganan segera.
Dalam perjalanan
kehidupan manusia dan komunitas dimana dia hidup bertumbuh dan
menjalankan fungsinya, dipastikan pada titik tertentu akan mengalami
masa-masa dimana tekanan, kegoyahan hati, dan ketakutan yang datang
seperti badai yang tidak mengenal kata “ampun”, masa tersebut
adalah “masa krisis”. Demikian juga komunitas orang percaya,
dalam bentuk organik apapun, seperti gereja, persekutuan, lembaga
misi, dll; dalam masa tertentu juga akan menghadapi masa-masa krisis
didalam perjalanan mereka.
Latar
Belakang Masalah
Kitab Nehemia adalah
salah satu dari beberapa kitab sejarah yang sangat berpengaruh,
terdapat dalam kanon Perjanjian Lama. Kitab ini mencatat seorang
tokoh yang bernama Nehemia, dan usaha-usahanya didalam memulihkan
kembali keadaan Yerusalem, setelah mendapatkan ilham dari Allah
ketika dia mendapatkan kabar yang buruk tentang kondisi Yerusalem dan
orang-orang yang tersisa di sana.
Kitab Nehemia dapat
ditempatkan pada periode 200 tahun pada saat bangsa Israel menjadi
warga negara kekaisaran
Persia. Kejadian-kejadian yang dituliskan di
dalam Kitab Nehemia ini terjadi pada bagian pertama periode Persia
(538 S.M-400 S.M). Seratus tahun lebih setelah Kerajaan
Utara, Israel, ditaklukkan oleh Kerajaan
Asyur, Kerajaan
Selatan, Yehuda, pun jatuh ke tangan
Kerajaan Babel.
Bait
Allah yang dibangun pada masa Salomo
pun dihancurkan dan semua peralatan berharga diangkut pergi. Tujuh
puluh tahun setelah kejatuhan Yerusalem, kerajaan Babel ditundukkan
oleh Kerajaan Persia.
Kekuatan dari Kerajaan Babel memang menurun dengan pesat setelah Raja
Nebukadnezar meninggal pada tahun 562 SM. 1
Kerajaan Persia pada
waktu itu merupakan sebuah kekuatan baru yang menonjol kekuataannya
di daerah Timur Tengah. Pendiri kerajaan itu adalah raja Koresy.
Kerajaan ini terus memperluas wilayah kerajaannya, hingga akhirnya
pada tahun 539 SM, Koresy berhasil menaklukkan Kerajaan Babel dan
menguasai wilayahnya. Raja Koresy merupakan penguasa yang bijaksana.
Ia mengizinkan bangsa-bangsa yang dibuang oleh Kerajaan Babel untuk
kembali ke tanah airnya. Ia juga menghormati keagamaan dari bangsa
yang berada di bawah kekuasaannya dan memberikan otonomi kepada
penguasa daerah tersebut. Dalam sebuah dokumen yang diperkirakan
berasal dari masa itu (Silinder
Koresh), kebijaksanaan raja Persia
digambarkan sebagai berikut:
"Saya
kembali ke kota-kota suci (ini) di seberang Tigris, yang
tempat-tempat sucinya sudah lama menjadi puing-puing. Patung-patung
yang (dulu) ada di dalamnya dan membangun bagi mereka tempat
beribadat. Saya (juga) mengumpulkan semua penghuni (sebelumnya) dan
memulihkan kebiasaan mereka."
Akan tetapi, ia juga
tetap memegang kendali pemerintahannya melalui para tentara Persia
dan sistem pemerintahannya. Bersamaan dengan izin yang diberikan oleh
raja Koresy terhadap para bangsa yang telah dibuang oleh Kerajaan
Babel, bangsa Yahudi juga kembali ke Yehuda pada tahun 535 SM. Bukan
hanya itu saja, raja Koresy juga memberikan dana untuk membangun
kembali Bait Allah di Yerusalem. Kepulangan kembali dan perbaikan ini
dilaksanakan secara bertahap, saling terjalin dan terarah. Bait Allah
berdiri di tengah-tengah kota Yerusalem dan di sekitarnya dikelilingi
oleh tembok kota Yerusalem. Setelah kitab ini, maka tamatlah kisah
daripada Perjanjian
Lama.2
Didalam kitab
tersebut juga tercatat langkah-langkah strategis Nehemia didalam
proses pembangunan kembali tembok Yerusalem dan penataan kembali
struktur sosial yang ada disana. Dan langkah-langkah strategis
tersebut dapat kita jadikan sebagai teladan atau contoh model
kepemimpinan, ketika kita memasuki masa-masa krisis.
Krisis
adalah suatu kondisi disorganisasi di mana seseorang merasa frustasi
terhadap tujuan-tujuan hidup yang penting atau kekacauan yang amat
besar dari siklus hidup mereka dan metode-metode mengatasi berbagai
stresor. Istilah krisis biasanya mengarah pada perasaan seseorang
mengenai ketakutan, kegoncangan, dan distres terhadap kekacauan,
bukan kekacauan itu sendiri.
Dalam dunia sekuler,
seorang pakar manajemen dan penulis A. B. Susanto menuliskakan,
sebagai berikut : Agar dapat melewati masa krisis, organisasi
membutuhkan seorang
pemimpin yang cakap dan handal.
Kisah kepemimpinan melalui krisis yang paling terkenal adalah kisah
perjalanan Shackleton bersama 27 anak buahnya ke Benua Antartika
tahun 1914 dengan misi menjelajahi benua tersebut. Walaupun
pada akhirnya misi ini gagal karena kapal mereka tertahan
bongkahan es, namun kepemimpinan Shackleton ini menjadi legenda akan
keberhasilan pemimpin mengatasi krisis yang terjadi.3
Satu pelajaran
penting dalam kisah Shackleton ini adalah ia (sebagai pemimpin) tidak
memerintah anggotanya untuk melakukan hal-hal yang dikendaki, tetapi
merangkul dan mengajak seluruh anggota untuk mencari solusi dan
keluar dari krisis secara bersama-sama. Tidak perlu menyalahkan
seseorang atau pihak lain akan krisis yang dialami. Tetapi
carilah jalan
keluar yang paling logis dan memuaskan seluruh pihak.
Sehingga organisasi dapat keluar dari krisis yang terjadi.
Bahkan jika ada krisis yang lain – atau bahkan krisis lanjutan –
organisasi akan mampu untuk bertahan dan keluar dengan gemilang.4
Ketika memasuki
masa-masa krisis, komunitas dalam bentuk apapun, membutuhkan
kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk membawa “bahtera”
komunitasnya keluar dari krisis dan terus berjalan menyongsong masa
depan. Akan tetapi banyak kepemimpian dalam komunitas orang
percaya mengadopsi gaya kepemimpinan yang sekuler yang lebih
menekankan pada kemampuan dan kecerdasan pribadi serta kekuatan
koneksi serta mengabaikan Allah
didalam proses kepemimpinannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Saat Nehemia
sedang
berada
di puri
di Susan,
dia mendapat kunjungan
oleh saudaranya,
yang baru saja kembali dari Yerusalem, yang memberitahukan
Nehemia,
mengenai kabar
bahwa orang Yahudi berada dalam bencana yang besar,
Nehemia mendapat kabar bahwa
tembok kota Yerusalem
dipecah dan gerbang yang terbakar dengan api. Hal ini menyebabkan
kepedihan besar di
hati Nehemia.
Riwayat Nehemia bin
Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri
Susan, datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan
beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang
Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang
Yerusalem. Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal
di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran
besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar
dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia
1:1-3
Reaksi
Nehemia
Berbalik
Kepada Allah dan Berdoa Syafaat
Ketika mendengar
berita yang menyakitkan tersebut, yang dilakukan Nehemia pertama
kali adalah:
Ketika kudengar
berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari.
Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: "Ya,
TUHAN, Allah semesta langit, Nehemia
1:4
Nehemia memberikan
reaksi yang luar biasa positif, yang disertai dengan sikap “empati”
terhadap bangsanya, dia segera berbalik kepada Allah dan berdoa
syafaat, serta melakukan masa perkabungan.
Adapun didalam
proses berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat tersebut Nehemia
memberikan kepada kita beberapa teladan yang baik bagi kita, jika
kita sedang berdoa syafaat untuk sebuah krisis didalam kehidupan
kita. Keteladanan tersebut dapat kita temukan didalam komposisi doa
syafaat Nehemia, yang dapat kita kelompokkan seperti dibawah ini :
Pengagungan
dan penyembahan kepada Allah
Hal pertama yang
dilakukan dalam doa Nehemia adalah dengan melakukan pengagungan
kepada Allah dan karakter-karakterNya yang luar biasa itu.
Allah yang maha
besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya
terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti
perintah-perintah-Nya, Nehemia
1:5
Mengaku
Dosa-dosa
Setelah memberikan
pengagungannya kepada Allah, Nehemia mengaku dosa-dosa dan
pelanggaran bangsanya terhadap perjanjian mereka dengan Allah.
berilah telinga-Mu
dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang
kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel,
hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel
telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat
dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti
perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang
telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu. Nehemia
1: 6-7
Sering kita memiliki
kecenderungan
untuk mempersalahkan orang lain,
ketika kita diijinkan Allah masuk kedalam masa-masa krisis, kita
tidak mau melakukan instropeksi diri, melainkan lebih menyukai
mencari “kambing hitam” terlebih dahulu.
Mengingat
dan memegang kembali janji-janji Allah
Didalam doa-doanya,
Nehemia sepertinya mengingatkan Allah yang sedang lupa akan segala
janji-janjinya dan status umat Israel dihadapan-Nya. Akan tetapi
perlu digaris bawahi oleh kita semua, bahwa Allah Israel adalah
Allah yang tidak pernah lupa dengan janji-janji-Nya5,
dalam kasus ini dapat kita katakan, bahwa Nehemia-lah yang
sebenarnya sebagai seorang Israel sejati yang beruaha untuk selalu
mengingat janji-janji Allah tersebut, dan dia datang kepada Allah
dengan sikap seperti seorang yang sedang menagih janji-janji
tersebut.
Ingatlah akan firman
yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah
setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi,
bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti
perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang
buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan
Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di
sana. Nehemia
1:8-9
Mengajukan
permohonan dan rencana kepada Tuhan
Setelah melakukan
ketiga hal yang tersebut diatas, Nehemia selanjutnya mengajukan
permohonan dan rencana hatinya kepada Tuhan.
Bukankah mereka ini
hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu
yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? Ya, Tuhan, berilah telinga
kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut
akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat
belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman
raja.
Nehemia 1:10-11
Aksi
Awal Nehemia
Menyampaikan
Visi Dan Perencanaan kepada Raja
Menindak lanjuti doa
syafaatnya, Nehemia menunggu jawaban dan saat yang tepat. Beberapa
waktu kemudian atas penentuan Allah, Nehemia mendapatkan kesempatan
dan waktu yang tepat untuk menyampaikan isi hatinya kepada Raja
Arthasasta, yang dicatat sebagai berikut :
Pada bulan Nisan
tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi
tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan
menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang
belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah ia kepadaku:
"Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu
sedih hati." Lalu aku menjadi sangat takut. Jawabku kepada raja:
"Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan
muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi
reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?"
Nehemia
2:1-3
Ketika mendapat
kesempatan, Nehemia tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan isi
hatinya, bahkan ketika ditanya oleh Raja, mengenai apa yang
dikehendakinya, Nehemia segera kembali kepada Allah untuk berdoa dan
mendapatkan hikmat, untuk dapat memberikan jawaban yang tepat dengan
sasaran.
Lalu kata raja
kepadaku: "Jadi, apa yang kauinginkan?" Maka aku berdoa
kepada Allah semesta langit, kemudian jawabku kepada raja: "Jika
raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke
Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya
kembali." Nehemia
2:4-5
Aksi
Ke Dua Nehemia
Masa
Persiapan
Pada tahap ini,
Nehemia melanjutkan permohonannya kepada raja, untuk mendapatkan
beberapa perlengkapan, yang akan digunakan sebagai sarana dia untuk
membangun kembali kota nenek moyangnya. Berikut inilah daftar
persiapan-persiapan tersebut :
Mengajukan
program kerja atau “schedule” yang jelas kepada Raja
Hal pertama yang
dilakukan Nehemia adalah mengajukan jadwal program kerjanya dengan
jelas kepada raja.
Lalu bertanyalah
raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa
lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan
raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu
kepadanya. Nehemia
2:6
Mengajukan
permohonan surat perjalanan kepada Raja
Berikutnya, yang dia
ajukan dalam masa persiapan ini adalah, mengajukan permohonan surat
perjalanan, atau surat otorisasi raja atas Nehemia untuk melakukan
tugasnya di Yerusalem.
Berkatalah aku
kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku
surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat,
supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda.
Nehemia
2:7
Mengajukan
permohonan modal pembangunan kepada Raja
Nehemia menyadai
bahwa dalam pembangunan kembali tersebut, dia dan bangsanya
membutuhkan banyak sekali modal, maka Nehemia mengajukan permohonan
bantuan modal kepada raja, yang secara ajaib di setujui oleh raja
tersebut.
Pula sepucuk surat
bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk
memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci,
untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja
mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah
melindungi aku. Nehemia
2:8
Mendapatkan
otorisasi atas Yerusalem dari raja
Kepemimpinannya
didalam pembangunan Nehemia memperoleh banyak dukungan penuh dari
Raja Arthasasta, yaitu dengan menjadikan Nehemia sebagai otoritas
atas Yerusalem
Maka datanglah aku
kepada bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat dan menyerahkan
kepada mereka surat-surat raja. Dan raja menyuruh panglima-panglima
perang dan orang-orang berkuda menyertai aku. Nehemia
2:9
Membuat pemetaan
atau “inventarisasi” permasalahan
Setelah sampai di
kota Yerusalem, Nehemia tidak tergesa-gesa dalam melakukan
pembangunan. Dia segera melakukan pemetan dengan seksama dan
dikerjakan oleh Nehemia dengan “team” atau beberapa orang yang
sangat dia percaya.
Maka tibalah aku di
Yerusalem. Sesudah tiga hari aku di sana,
bangunlah aku pada
malam hari bersama-sama beberapa orang saja yang menyertai aku. Aku
tidak beritahukan kepada siapapun rencana yang akan kulakukan untuk
Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam hatiku. Juga tak ada lain
binatang kepadaku kecuali yang kutunggangi.
Demikian pada malam
hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular
Naga dan pintu gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan seksama
tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu
gerbangnya yang habis dimakan api.
Lalu aku meneruskan
perjalananku ke pintu gerbang Mata Air dan ke kolam Raja. Karena
binatang yang kutunggangi tidak dapat lalu di tempat itu, aku naik ke
atas melalui wadi pada malam hari dan menyelidiki dengan seksama
tembok itu. Kemudian aku kembali, lalu masuk melalui pintu gerbang
Lebak. Demikianlah aku pulang.
Para penguasa tidak
tahu ke mana aku telah pergi dan apa yang telah kulakukan, karena
sampai kini aku belum memberitahukan apa-apa kepada orang Yahudi,
baik kepada para imam, maupun kepada para pemuka, kepada para
penguasa dan para petugas lainnya. Nehemia
2:11-16
Aksi
Ke Tiga Nehemia
Masa
Pembangunan
Dalam proses
pembangunan kembali Yerusalem, Nehemia melakukan beberapa langkah
yang dapat kita teladani, didalam setiap “eksekusi” dari
perencanaan –perencanaan penyelesaian sebuah krisis.
Membagi
visi dan mencari kata sepakat dengan penduduk Yerusalem
Setelah selesai
melakukan masa persiapan, dan pemetaan permasalahan Yerusalem dengan
“detail”; Nehemia segeraq membagi visinya kepada penduduk
Yerusalem dan berusaha mencari kata sepakat dengan mereka untuk
membangun Yerusalem dengan segala modal yang telah Tuhan berikan
kepada mereka.
Berkatalah aku
kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni
Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah
terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita
tidak lagi dicela." Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa
murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang
dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami siap untuk
membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan
pekerjaan yang baik itu. Nehemia
2:17-18
Menyadari
dan menerima bahwa akan selalu ada tantangan ketika mengatasi krisis
Nehemia menemukan
bahwa di hadapannya berdiri lawan-lawan yang berusaha menghalangi
proses pembangunan dengan melakukan :
Penghinaan
Nehemia mendapati
bahwa lawan-lawan Yerusalem tidak akan mengijinkan mereka memperbaiki
diri dankeluar dari krisis, mereka melakukan olok-olok atau
penghinaan untuk menjatuhkan mentalitas orang-orang yang sedang
berjuang membangun kembali Yerusalem.
Ketika Sanbalat
mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah
amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi
dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: "Apa
gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah
mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan?
Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan
menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah
terbakar habis seperti ini?" Lalu berkatalah Tobia, orang Amon
itu, yang ada di dekatnya: "Sekalipun mereka membangun kembali,
kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok
batu mereka." Nehemia
4:1-2
Untuk mengatasi
olok-olok atau penghinaan, yang dia terima oleh lawan-lawannya,
nehemia memberikan kepada kita teladan yang luar biasa, seperti yang
tercatat pada ayat-ayat dibawah ini :
Ya, Allah kami,
dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa
kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah
tempat tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka
jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu
dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.
Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai
ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap
hati.Nehemia
4:4-6
Nehemia
meresponinya dengan mengadu kepada Tuhan, bukan melakukan serangan
kepada musuh-musuhnya, dia meminta keadilan dari Tuhan atas
penghinaan tersebut. Setelah itu dia tetap berkerja melanjutkan
pembangunan tembok tersebut.
Berkomplot
untuk menggagalkan
Musuh-musuh Nehemia
kembali bersepakat untuk melakukan tindakan yang bertujuan
menggagalkan proyek pembangunan tersebut, seperti : melakukan kolusi
untuk menggagalkan (Nehemia 4:7-23), pemerasan (Nehemia 5:1-19),
fitnah (Nehemia 6:5-9), serta pengkhianatan (Nehemia 6:10-14).
Pola
manajemen krisis Nehemia untuk mengatasi krisis
Nehemiapun mendapat
hikmat untuk membuat pengaturan atau manajemen sumber daya manusia
yang unik, dan terbukti sanggup mematahkan semangat dan tujuan para
lawannya. Berikut dibawah ini pola manajemen krisis yang dilakukan
oleh Nehemia.
Berdoa
mengadu kepada Tuhan [Nehemia 4:4-5]
Ya, Allah kami,
dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa
kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah
tempat tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka
jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu
dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.
Nehemia tidak segera
bereaksi dan menyerang para lawannya, melainkan datang kepada Allah
dan berdoa mencurahkan seluruh perasaannya.
Tetap
fokus dan tekun membangun [Nehemia 4:6]
Tetapi kami terus
membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya
bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.
Tetap fokus dan
terus bergerak dalam pembangunan adalah langkah yang bijaksana ketika
Nehemia mengalami krisis, dia tidak mengijinkan dirinya dan seluruh
Yerusalem terpengaruh oleh provokasi-provokasi dari musuh.
Waspada
terhadap serangan lawan [Nehemia 4:9]
Tetapi kami berdoa
kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan
malam karena sikap mereka.
Nehemia tidak
menanggapi ancaman-ancaman para lawannya dengan menyerang balik,
melainkan dia mengatur segala sesuatu antisipasinya berdasarkan
kondisi-kondisi yang ada di dalam Yerusalem, salah satunya adalah
fokus pembangunan tidak boleh dialihkan menjadi berperang.
Pembagian
Tugas [Nehemia 4:13; 4:16 - 23]
Dalam ayat-ayat
tersebut diatas Nehemia membagi orang Yerusalem berdasarkan tugas dan
peranan serta wilayah hunian mereka masing-masing, guna menyebarkan
beban pembangunan tersebut menjadi lebih merata dan terkendali dengan
baik.
Melakukan
Antisipasi Extraordinary [Nehemia 4:14]
Kuamati semuanya,
lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa
dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap
mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan
berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan
anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu."
Sebagai pemimpin
Nehemia dituntut untuk mampu memahami situasi dan tetap motivasi
orang Yerusalem untuk tetap tegak berdiri ketika kondisi semakin
memburuk dan membutuhkan tindakan yang “extraordinary” dan ada
kemungkinan membawa kepada terhentinya sementara proses pembangunan
tersebut, serta meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan guna
melakukan strategi ansisipasi atas situasi yang “extraordinary”
atau kondisi luar biasa yang terjadi.
Hasil dari
langkah-langkah yang diambil oleh Nehemia tersebut adalah
penyelesaikan pekerjaan pembangunan tembok Yerusalem yang diakui
sebgai peristiwa sejarah yang sangat luar biasa / spektakuler.
(Nehemia 6:15 – 7:4), karena :
- Pembangunan tembok Yerusalem tersebut diselesaikan hanya dalam waktu 52 (lima puluh dua) hari (Nehemia 6:15.), ditengah ancaman dan tekanan dari musuh-musuh yang berusaha menggagalkan pembangunan tembok Yerusalem.
- Dengan ilham Allah, Nehemia melakukan pencatatan atau inventarisasi sumber daya manusia dari komunitas orang buangan yang kembali dan yang masih tersisa di Yerusalem, supaya dapat melangkah pada pembangunan “civilization” dalam bidang keagamaan , pemerintahan atau tatanan sosial kemasyarakatan dalam kota Yerusalem. [Nehemia 7:5 – 8:1]
- Dalam proses pemulihan tatanan keagamaan dan ibadah Nehemia bekerja sama dengan Ezra, dengan melakukan :
- Pembacaan Firman Allah di depan seluruh penduduk di Yerusalem serta memperingati hari raya pondok daun [Nehemia 8:1-18]
- Seluruh penduduk Yerusalem berdoa, berpuasa dan mengaku dosa [Nehemia 9:1-37]
- Membuat sebuah perjanjian / traktat bagi umat di Yerusalem untuk taat kepada Tuhan [ Nehemia 9:38 – 10:39]
- Dalam proses pemulihan tatanan sosial kemasyarakatan, Nehemia melakukan [Nehemia 11 : 1 – 13 : 31] :
- Pembagian kembali kaum sisa [Nehemia 11:1 – 12:26]
- Penahbisan tembok-tembok [Nehemia 12:27-47]
- Reformasi-reformasi selama masa kepemimpinan Nehemia dalam tahap kedua. [Nehemia 13:1-31]
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi Nehemia adalah
satu contoh tokoh Perjanjian Lama yang terkemuka. Dia sangat
mengandalkan Tuhan, Dan dengan hati yang sangat terbeban, dia telah
dimampukan Tuhan untuk melaksanakan penyelesaian sebuah proyek yang
tampaknya mustahil, sebagaimana telah dicatat seperti dibawah ini:
Ketika kuberitahukan
kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan
juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami
siap untuk membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai
melakukan pekerjaan yang baik itu. Nehemia
2:18
Aku menjawab mereka,
kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami
berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi
kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"
Nehemia
2:20
Nehemia memberikan
teladan kepada kita, bahwa untuk menggapai sebuah cita-cita,
dibutuhkan iman,
doa, ketaatan, fokus, tidak mudah diprovokasi, tidak penakut, berani
berkorban, kerja keras dan kegigihan.
GBU - Sonny Cornelly S
2
Ibid 1
4
Ibid 3
5
Kitab Ulangan 7:9 Sebab itu haruslah kauketahui,
bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang
perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya
dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu
keturunan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar