Bab I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kitab Nehemia adalah salah satu dari beberapa kitab sejarah sangat berpengaruh, yang terdapat dalam kanon Perjanjian Lama. Kitab ini mencatat seorang tokoh yang bernama Nehemia, dan usaha-usahanya didalam memulihkan kembali keadaan Yerusalem, setelah mendapatkan ilham dari Allah ketika dia mendapatkan kabar yang buruk tentang kondisi Yerusalem dan orang-orang yang tersisa di sana.
Kitab Nehemia dapat ditempatkan pada periode 200 tahun pada saat bangsa Israel menjadi warga negara kekaisaran Persia. Kejadian-kejadian yang dituliskan di dalam Kitab Nehemia ini terjadi pada bagian pertama periode Persia (538 S.M-400 S.M). Seratus tahun lebih setelah Kerajaan Utara, Israel, ditaklukkan oleh Kerajaan Asyur, Kerajaan Selatan, Yehuda, pun jatuh ke tangan Kerajaan Babel. Bait Allah yang dibangun pada masa Salomo pun dihancurkan dan semua peralatan berharga diangkut pergi. Tujuh puluh tahun setelah kejatuhan Yerusalem, kerajaan Babel ditundukkan oleh Kerajaan Persia. Kekuatan dari Kerajaan Babel memang menurun dengan pesat setelah Raja Nebukadnezar meninggal pada tahun 562 SM.
Kerajaan Persia pada waktu itu merupakan sebuah kekuatan baru yang menonjol kekuataannya di daerah Timur Tengah. Pendiri kerajaan itu adalah raja Koresy. Kerajaan ini terus memperluas wilayah kerajaannya, hingga akhirnya pada tahun 539 SM, Koresy berhasil menaklukkan Kerajaan Babel dan menguasai wilayahnya. Raja Koresy merupakan penguasa yang bijaksana. Ia mengizinkan bangsa-bangsa yang dibuang oleh Kerajaan Babel untuk kembali ke tanah airnya. Ia juga menghormati keagamaan dari bangsa yang berada di bawah kekuasaannya dan memberikan otonomi kepada penguasa daerah tersebut. Dalam sebuah dokumen yang diperkirakan berasal dari masa itu (Silinder Koresh), kebijaksanaan raja Persia digambarkan sebagai berikut:
"Saya kembali ke kota-kota suci (ini) di seberang Tigris, yang tempat-tempat sucinya sudah lama menjadi puing-puing. Patung-patung yang (dulu) ada di dalamnya dan membangun bagi mereka tempat beribadat. Saya (juga) mengumpulkan semua penghuni (sebelumnya) dan memulihkan kebiasaan mereka."
Akan tetapi, ia juga tetap memegang kendali pemerintahannya melalui para tentara Persia dan sistem pemerintahannya. Bersamaan dengan izin yang diberikan oleh raja Koresy terhadap para bangsa yang telah dibuang oleh Kerajaan Babel, bangsa Yahudi juga kembali ke Yehuda pada tahun 535 SM. Bukan hanya itu saja, raja Koresy juga memberikan dana untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Kepulangan kembali dan perbaikan ini dilaksanakan secara bertahap, saling terjalin dan terarah. Bait Allah berdiri di tengah-tengah kota Yerusalem dan di sekitarnya dikelilingi oleh tembok kota Yerusalem. Setelah kitab ini, maka tamatlah kisah daripada Perjanjian Lama.
Didalam kitab tersebut juga tercatat langkah-langkah strategis Nehemia didalam proses pembangunan kembali tembok Yerusalem dan penataan kembali struktur sosial yang ada disana. Dan langkah-langkah strategis tersebut dapat kita jadikan sebagai teladan atau contoh model kepemimpinan, ketika kita memasuki masa-masa krisis.
Kitab Nehemia dapat ditempatkan pada periode 200 tahun pada saat bangsa Israel menjadi warga negara kekaisaran Persia. Kejadian-kejadian yang dituliskan di dalam Kitab Nehemia ini terjadi pada bagian pertama periode Persia (538 S.M-400 S.M). Seratus tahun lebih setelah Kerajaan Utara, Israel, ditaklukkan oleh Kerajaan Asyur, Kerajaan Selatan, Yehuda, pun jatuh ke tangan Kerajaan Babel. Bait Allah yang dibangun pada masa Salomo pun dihancurkan dan semua peralatan berharga diangkut pergi. Tujuh puluh tahun setelah kejatuhan Yerusalem, kerajaan Babel ditundukkan oleh Kerajaan Persia. Kekuatan dari Kerajaan Babel memang menurun dengan pesat setelah Raja Nebukadnezar meninggal pada tahun 562 SM.
Kerajaan Persia pada waktu itu merupakan sebuah kekuatan baru yang menonjol kekuataannya di daerah Timur Tengah. Pendiri kerajaan itu adalah raja Koresy. Kerajaan ini terus memperluas wilayah kerajaannya, hingga akhirnya pada tahun 539 SM, Koresy berhasil menaklukkan Kerajaan Babel dan menguasai wilayahnya. Raja Koresy merupakan penguasa yang bijaksana. Ia mengizinkan bangsa-bangsa yang dibuang oleh Kerajaan Babel untuk kembali ke tanah airnya. Ia juga menghormati keagamaan dari bangsa yang berada di bawah kekuasaannya dan memberikan otonomi kepada penguasa daerah tersebut. Dalam sebuah dokumen yang diperkirakan berasal dari masa itu (Silinder Koresh), kebijaksanaan raja Persia digambarkan sebagai berikut:
"Saya kembali ke kota-kota suci (ini) di seberang Tigris, yang tempat-tempat sucinya sudah lama menjadi puing-puing. Patung-patung yang (dulu) ada di dalamnya dan membangun bagi mereka tempat beribadat. Saya (juga) mengumpulkan semua penghuni (sebelumnya) dan memulihkan kebiasaan mereka."
Akan tetapi, ia juga tetap memegang kendali pemerintahannya melalui para tentara Persia dan sistem pemerintahannya. Bersamaan dengan izin yang diberikan oleh raja Koresy terhadap para bangsa yang telah dibuang oleh Kerajaan Babel, bangsa Yahudi juga kembali ke Yehuda pada tahun 535 SM. Bukan hanya itu saja, raja Koresy juga memberikan dana untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Kepulangan kembali dan perbaikan ini dilaksanakan secara bertahap, saling terjalin dan terarah. Bait Allah berdiri di tengah-tengah kota Yerusalem dan di sekitarnya dikelilingi oleh tembok kota Yerusalem. Setelah kitab ini, maka tamatlah kisah daripada Perjanjian Lama.
Didalam kitab tersebut juga tercatat langkah-langkah strategis Nehemia didalam proses pembangunan kembali tembok Yerusalem dan penataan kembali struktur sosial yang ada disana. Dan langkah-langkah strategis tersebut dapat kita jadikan sebagai teladan atau contoh model kepemimpinan, ketika kita memasuki masa-masa krisis.
Bab II
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam perjalanan kehidupan manusia dan komunitas dimana dia hidup bertumbuh dan menjalankan fungsinya, dipastikan pada titik tertentu akan mengalami masa-masa dimana tekanan, kegoyahan hati, dan ketakutan yang datang seperti badai yang tidak mengenal kata “ampun”, masa tersebut adalah “masa krisis”. Demikian juga komunitas orang percaya, dalam bentuk organik apapun, seperti gereja, persekutuan, lembaga misi, dll; dalam masa tertentu juga akan menghadapi masa-masa krisis didalam perjalanan mereka.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Setiap krisis adalah suatu “emergency”, namun tidak setiap “emergency” adalah suatu krisis. Krisis ditangani oleh team manajemen krisis yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut penanganan segera.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Setiap krisis adalah suatu “emergency”, namun tidak setiap “emergency” adalah suatu krisis. Krisis ditangani oleh team manajemen krisis yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut penanganan segera.
Krisis adalah suatu kondisi disorganisasi di mana seseorang merasa frustasi terhadap tujuan-tujuan hidup yang penting atau kekacauan yang amat besar dari siklus hidup mereka dan metode-metode mengatasi berbagai stresor. Istilah krisis biasanya mengarah pada perasaan seseorang mengenai ketakutan, kegoncangan, dan distres terhadap kekacauan, bukan kekacauan itu sendiri.
Dalam dunia sekuler, seorang pakar manajemen dan penulis A. B. Susanto menuliskakan, sebagai berikut : Agar dapat melewati masa krisis, organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang cakap dan handal. Kisah kepemimpinan melalui krisis yang paling terkenal adalah kisah perjalanan Shackleton bersama 27 anak buahnya ke Benua Antartika tahun 1914 dengan misi menjelajahi benua tersebut. Walaupun pada akhirnya misi ini gagal karena kapal mereka tertahan bongkahan es, namun kepemimpinan Shackleton ini menjadi legenda akan keberhasilan pemimpin mengatasi krisis yang terjadi.
Satu pelajaran penting dalam kisah Shackleton ini adalah ia (sebagai pemimpin) tidak memerintah anggotanya untuk melakukan hal-hal yang dikendaki, tetapi merangkul dan mengajak seluruh anggota untuk mencari solusi dan keluar dari krisis secara bersama-sama. Tidak perlu menyalahkan seseorang atau pihak lain akan krisis yang dialami. Tetapi carilah jalan keluar yang paling logis dan memuaskan seluruh pihak. Sehingga organisasi dapat keluar dari krisis yang terjadi. Bahkan jika ada krisis yang lain – atau bahkan krisis lanjutan – organisasi akan mampu untuk bertahan dan keluar dengan gemilang.
Ketika memasuki masa-masa krisis, komunitas dalam bentuk apapun, membutuhkan kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk membawa “bahtera” komunitasnya keluar dari krisis dan terus berjalan menyongsong masa depan. Akan tetapi banyak kepemimpian dalam komunitas orang percaya mengadopsi gaya kepemimpinan yang sekuler yang lebih menekankan pada kemampuan dan kecerdasan pribadi serta kekuatan koneksi serta mengabaikan Allah didalam proses kepemimpinannya.
Bab III
PEMBAHASAN
Keadaan, krisislah yang menyebabkan Nehemia tergerak hatinya untuk memulai pekerjaan yang besar bagi Tuhan. Dia sedang berada di puri di Susan saat dikunjungi oleh saudaranya yang baru saja kembali dari Yerusalem, yang memberitahu Nehemia, kabar bahwa orang Yahudi yang kembali berada dalam bencana yang besar dan bahwa tembok kota itu dipecah dan gerbang yang terbakar dengan api. Hal ini menyebabkan kepedihan besar di hati Nehemia.
Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan,
datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.
Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar."
Nehemia 1:1-3
3. 1. Reaksi Nehemia : Berbalik Kepada Allah dan Berdoa Syafaat
Ketika mendengar berita yang menyakitkan tersebut, yang dilakukan Nehemia pertama kali adalah:
Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: "Ya, TUHAN, Allah semesta langit,
Nehemia 1:4
Nehemia memberikan reaksi yang luar biasa positif, yang disertai dengan sikap “empati” terhadap bangsanya, dia segera berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat, serta melakukan masa perkabungan.
Adapun didalam proses berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat tersebut Nehemia memberikan kepada kita beberapa teladan yang baik bagi kita, jika kita sedang berdoa syafaat untuk sebuah krisis didalam kehidupan kita. Keteladanan tersebut dapat kita temukan didalam komposisi doa syafaat Nehemia, yang dapat kita kelompokkan seperti dibawah ini :
Adapun didalam proses berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat tersebut Nehemia memberikan kepada kita beberapa teladan yang baik bagi kita, jika kita sedang berdoa syafaat untuk sebuah krisis didalam kehidupan kita. Keteladanan tersebut dapat kita temukan didalam komposisi doa syafaat Nehemia, yang dapat kita kelompokkan seperti dibawah ini :
3. 1. a. Pengagungan dan penyembahan kepada Allah
Hal pertama yang dilakukan dalam doa Nehemia adalah dengan melakukan pengagungan kepada Allah dan karakter-karakterNya yang luar biasa itu.
Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya,
Nehemia 1:5
3. 1. b. Mengaku Dosa-dosa
Setelah memberikan pengagungannya kepada Allah, Nehemia mengaku dosa-dosa dan pelanggaran bangsanya terhadap perjanjian mereka dengan Allah.
berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa.
Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu.
Nehemia 1: 6-7
Sering kita memiliki kecenderungan untuk mempersalahkan orang lain, ketika kita diijinkan Allah masuk kedalam masa-masa krisis, kita tidak mau melakukan instropeksi diri, melainkan lebih menyukai mencari “kambing hitam” terlebih dahulu.
3. 1. c. Mengingat dan memegang kembali janji-janji Allah
Didalam doa-doanya, Nehemia sepertinya mengingatkan Allah yang sedang lupa akan segala janji-janjinya dan status umat Israel dihadapan-Nya. Akan tetapi perlu digaris bawahi oleh kita semua, bahwa Allah Israel adalah Allah yang tidak pernah lupa dengan janji-janji-Nya , dalam kasus ini dapat kita katakan, bahwa Nehemia-lah yang sebenarnya sebagai seorang Israel sejati yang beruaha untuk selalu mengingat janji-janji Allah tersebut, dan dia datang kepada Allah dengan sikap seperti seorang yang sedang menagih janji-janji tersebut.
Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa.
Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.
Nehemia 1:8-9
3. 1. d. Mengajukan permohonan dan rencana kepada Tuhan
Setelah melakukan ketiga hal yang tersebut diatas, Nehemia selanjutnya mengajukan permohonan dan rencana hatinya kepada Tuhan.
Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat?
Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja.
Nehemia 1:10-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar