Senin, 03 September 2012

CROSSROAD



Sering kali kita mendapati diri sedang berada ditempat yang membuat kita harus memilih antara kompromi atau tidak kompromi.

Sekitar 10 tahun yang lalu, saya pernah bekerja di sebuah perusahaan Asing, yang sebagaian besar sahamnya di kuasai oleh orang Jepang, disana pada awalnya, saya mengalami kenyamanan bekerja, hingga suatu ketika masa percobaan saya selesai, dan saya di tempatkan di salah satu propinsi di pulau Jawa ini.
Tetapi dicabang tersebut saya menemukan banyak sekali pelanggaran administrasi dan pemalsuan-pemalsuan data, dan hal tersebut sudah berlangsung cukup lama. Seperti sel kanker yang sudah menjalar hampir kesemua lini di perusahaan tersebut. Saya pikir hal ini hanya terdapat di cabang di mana saya bekerja, tetapi ternyata 60 % cabang besar di berbagai propinsi melakukan tindakan yang sama.

Ketika mengawali masuk ke cabang tersebut, saya kebingungan bahkan mulai terseret arus, saya mulai berkompromi dengan Branch Manager saya dalam pelanggaran administrasi keuangan serta pemalsuan dokumen-dokumen penjualan. karena pelanggaran ini dilakukan oleh seluruh team cabang maka,...saya mulai ketakutan dan kawatir dengan provokasi-provokasi mereka, seperti akan di kucilkan, akan di beri penilaian buruk oleh atasan, dll, yang mengancam posisi saya di sana. Akhirnya setelah satu tahun bergumul, saya memberanikan diri untuk mengundurkan diri, karena saya memilih untuk tetap berdiri pada jalur tidak kompromi dengan pelanggaran tersebut, sekalipun saya harus di caci maki sana-sini, termasuk keluarga besar yang mengangap saya orang bodoh.

Saya teringat dengan kisah pribadi saya di atas, ketika saya merenungkan Mazmur 1 : 1 "Berbahagialah orang  yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik , yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh," Di sana saya menemukan tiga fase dalam proses seseorang melakukan tindakan  kompromi, yaitu :

BERJALAN : Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,

Kata berjalan, di dalam bahasa aslinya "halak" memiliki definisi "melakukan" dalam artian bertingkah laku, jadi pada fase ini kita di anggap sudah kompromi dengan ke fasikan ketika kita mulai mengerjakan, atau memiliki sikap tingkah laku seperti orang fasik, sekalipun itu kita beralasan hanya melakuannya prosentase yang kecil dari tindakan kefasikan karena terpaksa atau tidak nyaman dengan penolakan teman-teman.

BERDIRI : yang tidak berdiri di jalan orang berdosa

Kata berdiri, dalam bahasa aslinya menggunakan kata "`amad" menggambarkan keberpihakan, mendukung, atau menyetujui tindakan dosa, termasuk disini ketika kita membiarkan orang melakukan tindakan dosa, maka hal tersebut juga sudah termasuk di dalam "keperpihakan" tersebut.

DUDUK : dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

Dalam bahasa aslinya kata duduk, menggunakan kata "yashab" memiliki definisi "tempat tinggal, atau habitat", jadi tingkatan ini menunjukan bahwa kita memiliki habitat atau warna pola kehidupan kita adalah dosa, atau ke fasikan.


Pertama-tama mungkin kita mencoba-coba untuk melakukannya, karena tidak enak dengan teman, atasan, atau bahkan keluarga alam hal kefasikan ini, lambat laun anda akan terkontaminasi dan mulai menyetujui atau meng aminkan tindakan tersebut, dan semuanya itu berujung kepada berubahnya karakter kita dari benar menjadi fasik.

Banyak ayat di dalam Alkitab yang memperingatkan kita akan hal ini. Salah satunya adalah :


TB :
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang

MESSAGE :
Become wise by walking with the wise; hang out with fools and watch your life fall to pieces.

FAYH :
Pergaulan dengan orang bijaksana membuat orang menjadi bijaksana, pergaulan dengan orang jahat membuat orang menjadi jahat.

Amsal 13 : 20 :

Kesimpulannya adalah, ketika anda berdiri pada persimpangan jalan dalam kehidupan, anda dipaksa untuk memilih jalan dosa atau jalan yang benar, maka anda harus menyadari bahwa TIDAK ada area abu-abu di dalam kehidupan kita bersama TUHAN, dan setiap pilihan, selalu membawa konsekwensi masing-masing, karena itu anda harus memilih hidup seperti apa yang anda mau, dalam kebenaran atau dalam kesesatan. 

Memilih berjalan dalam Kesesatan maka KEHANCURAN yang akan anda alami, dan KEBAHAGIAAN bagi yang memilih jalan kebenaran. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KUASA DARAH YESUS MENURUT WAHYU 1:5b

... Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. Wahyu 1:5 b (TB) Kothbah Oleh: Ev. Sonny C...