Kamis, 04 Oktober 2012

Menaklukan Krisis - belajar dari Nehemia


BAB I
PENDAHULUAN
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Setiap krisis adalah suatu “emergency”, namun tidak setiap “emergency” adalah suatu krisis. Krisis ditangani oleh team manajemen krisis yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut penanganan segera.
Dalam perjalanan kehidupan manusia dan komunitas dimana dia hidup bertumbuh dan menjalankan fungsinya, dipastikan pada titik tertentu akan mengalami masa-masa dimana tekanan, kegoyahan hati, dan ketakutan yang datang seperti badai yang tidak mengenal kata “ampun”, masa tersebut adalah “masa krisis”. Demikian juga komunitas orang percaya, dalam bentuk organik apapun, seperti gereja, persekutuan, lembaga misi, dll; dalam masa tertentu juga akan menghadapi masa-masa krisis didalam perjalanan mereka.

Latar Belakang Masalah
Kitab Nehemia adalah salah satu dari beberapa kitab sejarah yang sangat berpengaruh, terdapat dalam kanon Perjanjian Lama. Kitab ini mencatat seorang tokoh yang bernama Nehemia, dan usaha-usahanya didalam memulihkan kembali keadaan Yerusalem, setelah mendapatkan ilham dari Allah ketika dia mendapatkan kabar yang buruk tentang kondisi Yerusalem dan orang-orang yang tersisa di sana.
Kitab Nehemia dapat ditempatkan pada periode 200 tahun pada saat bangsa Israel menjadi warga negara kekaisaran Persia. Kejadian-kejadian yang dituliskan di dalam Kitab Nehemia ini terjadi pada bagian pertama periode Persia (538 S.M-400 S.M). Seratus tahun lebih setelah Kerajaan Utara, Israel, ditaklukkan oleh Kerajaan Asyur, Kerajaan Selatan, Yehuda, pun jatuh ke tangan Kerajaan Babel. Bait Allah yang dibangun pada masa Salomo pun dihancurkan dan semua peralatan berharga diangkut pergi. Tujuh puluh tahun setelah kejatuhan Yerusalem, kerajaan Babel ditundukkan oleh Kerajaan Persia. Kekuatan dari Kerajaan Babel memang menurun dengan pesat setelah Raja Nebukadnezar meninggal pada tahun 562 SM. 1
Kerajaan Persia pada waktu itu merupakan sebuah kekuatan baru yang menonjol kekuataannya di daerah Timur Tengah. Pendiri kerajaan itu adalah raja Koresy. Kerajaan ini terus memperluas wilayah kerajaannya, hingga akhirnya pada tahun 539 SM, Koresy berhasil menaklukkan Kerajaan Babel dan menguasai wilayahnya. Raja Koresy merupakan penguasa yang bijaksana. Ia mengizinkan bangsa-bangsa yang dibuang oleh Kerajaan Babel untuk kembali ke tanah airnya. Ia juga menghormati keagamaan dari bangsa yang berada di bawah kekuasaannya dan memberikan otonomi kepada penguasa daerah tersebut. Dalam sebuah dokumen yang diperkirakan berasal dari masa itu (Silinder Koresh), kebijaksanaan raja Persia digambarkan sebagai berikut:
"Saya kembali ke kota-kota suci (ini) di seberang Tigris, yang tempat-tempat sucinya sudah lama menjadi puing-puing. Patung-patung yang (dulu) ada di dalamnya dan membangun bagi mereka tempat beribadat. Saya (juga) mengumpulkan semua penghuni (sebelumnya) dan memulihkan kebiasaan mereka."
Akan tetapi, ia juga tetap memegang kendali pemerintahannya melalui para tentara Persia dan sistem pemerintahannya. Bersamaan dengan izin yang diberikan oleh raja Koresy terhadap para bangsa yang telah dibuang oleh Kerajaan Babel, bangsa Yahudi juga kembali ke Yehuda pada tahun 535 SM. Bukan hanya itu saja, raja Koresy juga memberikan dana untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Kepulangan kembali dan perbaikan ini dilaksanakan secara bertahap, saling terjalin dan terarah. Bait Allah berdiri di tengah-tengah kota Yerusalem dan di sekitarnya dikelilingi oleh tembok kota Yerusalem. Setelah kitab ini, maka tamatlah kisah daripada Perjanjian Lama.2
Didalam kitab tersebut juga tercatat langkah-langkah strategis Nehemia didalam proses pembangunan kembali tembok Yerusalem dan penataan kembali struktur sosial yang ada disana. Dan langkah-langkah strategis tersebut dapat kita jadikan sebagai teladan atau contoh model kepemimpinan, ketika kita memasuki masa-masa krisis.
Krisis adalah suatu kondisi disorganisasi di mana seseorang merasa frustasi terhadap tujuan-tujuan hidup yang penting atau kekacauan yang amat besar dari siklus hidup mereka dan metode-metode mengatasi berbagai stresor. Istilah krisis biasanya mengarah pada perasaan seseorang mengenai ketakutan, kegoncangan, dan distres terhadap kekacauan, bukan kekacauan itu sendiri.
Dalam dunia sekuler, seorang pakar manajemen dan penulis A. B. Susanto menuliskakan, sebagai berikut : Agar dapat melewati masa krisis, organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang cakap dan handal.  Kisah kepemimpinan melalui krisis yang paling terkenal adalah kisah perjalanan Shackleton bersama 27 anak buahnya ke Benua Antartika tahun 1914 dengan misi menjelajahi benua tersebut.  Walaupun pada akhirnya misi ini gagal  karena kapal mereka tertahan bongkahan es, namun kepemimpinan Shackleton ini menjadi legenda akan keberhasilan pemimpin mengatasi krisis yang terjadi.3 
Satu pelajaran penting dalam kisah Shackleton ini adalah ia (sebagai pemimpin) tidak memerintah anggotanya untuk melakukan hal-hal yang dikendaki, tetapi merangkul dan mengajak seluruh anggota untuk mencari solusi dan keluar dari krisis secara bersama-sama.  Tidak perlu menyalahkan seseorang atau pihak lain akan krisis yang dialami.  Tetapi carilah jalan keluar yang paling logis dan memuaskan seluruh pihak.  Sehingga organisasi dapat keluar dari krisis yang terjadi.  Bahkan jika ada krisis yang lain – atau bahkan krisis lanjutan – organisasi akan mampu untuk bertahan dan keluar dengan gemilang.4
Ketika memasuki masa-masa krisis, komunitas dalam bentuk apapun, membutuhkan kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk membawa “bahtera” komunitasnya keluar dari krisis dan terus berjalan menyongsong masa depan. Akan tetapi banyak kepemimpian dalam komunitas orang percaya mengadopsi gaya kepemimpinan yang sekuler yang lebih menekankan pada kemampuan dan kecerdasan pribadi serta kekuatan koneksi serta mengabaikan Allah didalam proses kepemimpinannya.


BAB II
PEMBAHASAN
Saat Nehemia sedang berada di puri di Susan, dia mendapat kunjungan oleh saudaranya, yang baru saja kembali dari Yerusalem, yang memberitahukan Nehemia, mengenai kabar bahwa orang Yahudi berada dalam bencana yang besar, Nehemia mendapat kabar bahwa tembok kota Yerusalem dipecah dan gerbang yang terbakar dengan api. Hal ini menyebabkan kepedihan besar di hati Nehemia.
Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan, datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem. Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1:1-3

Reaksi Nehemia
Berbalik Kepada Allah dan Berdoa Syafaat
Ketika mendengar berita yang menyakitkan tersebut, yang dilakukan Nehemia pertama kali adalah:
Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Nehemia 1:4

Nehemia memberikan reaksi yang luar biasa positif, yang disertai dengan sikap “empati” terhadap bangsanya, dia segera berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat, serta melakukan masa perkabungan.
Adapun didalam proses berbalik kepada Allah dan berdoa syafaat tersebut Nehemia memberikan kepada kita beberapa teladan yang baik bagi kita, jika kita sedang berdoa syafaat untuk sebuah krisis didalam kehidupan kita. Keteladanan tersebut dapat kita temukan didalam komposisi doa syafaat Nehemia, yang dapat kita kelompokkan seperti dibawah ini :
Pengagungan dan penyembahan kepada Allah
Hal pertama yang dilakukan dalam doa Nehemia adalah dengan melakukan pengagungan kepada Allah dan karakter-karakterNya yang luar biasa itu.
Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya, Nehemia 1:5

Mengaku Dosa-dosa
Setelah memberikan pengagungannya kepada Allah, Nehemia mengaku dosa-dosa dan pelanggaran bangsanya terhadap perjanjian mereka dengan Allah.
berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu. Nehemia 1: 6-7

Sering kita memiliki kecenderungan untuk mempersalahkan orang lain, ketika kita diijinkan Allah masuk kedalam masa-masa krisis, kita tidak mau melakukan instropeksi diri, melainkan lebih menyukai mencari “kambing hitam” terlebih dahulu.


Mengingat dan memegang kembali janji-janji Allah
Didalam doa-doanya, Nehemia sepertinya mengingatkan Allah yang sedang lupa akan segala janji-janjinya dan status umat Israel dihadapan-Nya. Akan tetapi perlu digaris bawahi oleh kita semua, bahwa Allah Israel adalah Allah yang tidak pernah lupa dengan janji-janji-Nya5, dalam kasus ini dapat kita katakan, bahwa Nehemia-lah yang sebenarnya sebagai seorang Israel sejati yang beruaha untuk selalu mengingat janji-janji Allah tersebut, dan dia datang kepada Allah dengan sikap seperti seorang yang sedang menagih janji-janji tersebut.
Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana. Nehemia 1:8-9

Mengajukan permohonan dan rencana kepada Tuhan
Setelah melakukan ketiga hal yang tersebut diatas, Nehemia selanjutnya mengajukan permohonan dan rencana hatinya kepada Tuhan.
Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja. Nehemia 1:10-11


Aksi Awal Nehemia
Menyampaikan Visi Dan Perencanaan kepada Raja
Menindak lanjuti doa syafaatnya, Nehemia menunggu jawaban dan saat yang tepat. Beberapa waktu kemudian atas penentuan Allah, Nehemia mendapatkan kesempatan dan waktu yang tepat untuk menyampaikan isi hatinya kepada Raja Arthasasta, yang dicatat sebagai berikut :
Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah ia kepadaku: "Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati." Lalu aku menjadi sangat takut. Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?" Nehemia 2:1-3

Ketika mendapat kesempatan, Nehemia tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan isi hatinya, bahkan ketika ditanya oleh Raja, mengenai apa yang dikehendakinya, Nehemia segera kembali kepada Allah untuk berdoa dan mendapatkan hikmat, untuk dapat memberikan jawaban yang tepat dengan sasaran.
Lalu kata raja kepadaku: "Jadi, apa yang kauinginkan?" Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit, kemudian jawabku kepada raja: "Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali." Nehemia 2:4-5




Aksi Ke Dua Nehemia
Masa Persiapan
Pada tahap ini, Nehemia melanjutkan permohonannya kepada raja, untuk mendapatkan beberapa perlengkapan, yang akan digunakan sebagai sarana dia untuk membangun kembali kota nenek moyangnya. Berikut inilah daftar persiapan-persiapan tersebut :
Mengajukan program kerja atau “schedule” yang jelas kepada Raja
Hal pertama yang dilakukan Nehemia adalah mengajukan jadwal program kerjanya dengan jelas kepada raja.
Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya. Nehemia 2:6

Mengajukan permohonan surat perjalanan kepada Raja
Berikutnya, yang dia ajukan dalam masa persiapan ini adalah, mengajukan permohonan surat perjalanan, atau surat otorisasi raja atas Nehemia untuk melakukan tugasnya di Yerusalem.

Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Nehemia 2:7

Mengajukan permohonan modal pembangunan kepada Raja
Nehemia menyadai bahwa dalam pembangunan kembali tersebut, dia dan bangsanya membutuhkan banyak sekali modal, maka Nehemia mengajukan permohonan bantuan modal kepada raja, yang secara ajaib di setujui oleh raja tersebut.
Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku. Nehemia 2:8

Mendapatkan otorisasi atas Yerusalem dari raja
Kepemimpinannya didalam pembangunan Nehemia memperoleh banyak dukungan penuh dari Raja Arthasasta, yaitu dengan menjadikan Nehemia sebagai otoritas atas Yerusalem
Maka datanglah aku kepada bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat dan menyerahkan kepada mereka surat-surat raja. Dan raja menyuruh panglima-panglima perang dan orang-orang berkuda menyertai aku. Nehemia 2:9

Membuat pemetaan atau “inventarisasi” permasalahan
Setelah sampai di kota Yerusalem, Nehemia tidak tergesa-gesa dalam melakukan pembangunan. Dia segera melakukan pemetan dengan seksama dan dikerjakan oleh Nehemia dengan “team” atau beberapa orang yang sangat dia percaya.
Maka tibalah aku di Yerusalem. Sesudah tiga hari aku di sana,
bangunlah aku pada malam hari bersama-sama beberapa orang saja yang menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada siapapun rencana yang akan kulakukan untuk Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam hatiku. Juga tak ada lain binatang kepadaku kecuali yang kutunggangi.
Demikian pada malam hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api.
Lalu aku meneruskan perjalananku ke pintu gerbang Mata Air dan ke kolam Raja. Karena binatang yang kutunggangi tidak dapat lalu di tempat itu, aku naik ke atas melalui wadi pada malam hari dan menyelidiki dengan seksama tembok itu. Kemudian aku kembali, lalu masuk melalui pintu gerbang Lebak. Demikianlah aku pulang.
Para penguasa tidak tahu ke mana aku telah pergi dan apa yang telah kulakukan, karena sampai kini aku belum memberitahukan apa-apa kepada orang Yahudi, baik kepada para imam, maupun kepada para pemuka, kepada para penguasa dan para petugas lainnya. Nehemia 2:11-16

Aksi Ke Tiga Nehemia
Masa Pembangunan
Dalam proses pembangunan kembali Yerusalem, Nehemia melakukan beberapa langkah yang dapat kita teladani, didalam setiap “eksekusi” dari perencanaan –perencanaan penyelesaian sebuah krisis.
Membagi visi dan mencari kata sepakat dengan penduduk Yerusalem
Setelah selesai melakukan masa persiapan, dan pemetaan permasalahan Yerusalem dengan “detail”; Nehemia segeraq membagi visinya kepada penduduk Yerusalem dan berusaha mencari kata sepakat dengan mereka untuk membangun Yerusalem dengan segala modal yang telah Tuhan berikan kepada mereka.
Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela." Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami siap untuk membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu. Nehemia 2:17-18

Menyadari dan menerima bahwa akan selalu ada tantangan ketika mengatasi krisis
Nehemia menemukan bahwa di hadapannya berdiri lawan-lawan yang berusaha menghalangi proses pembangunan dengan melakukan :
Penghinaan
Nehemia mendapati bahwa lawan-lawan Yerusalem tidak akan mengijinkan mereka memperbaiki diri dankeluar dari krisis, mereka melakukan olok-olok atau penghinaan untuk menjatuhkan mentalitas orang-orang yang sedang berjuang membangun kembali Yerusalem.
Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?" Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: "Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka." Nehemia 4:1-2

Untuk mengatasi olok-olok atau penghinaan, yang dia terima oleh lawan-lawannya, nehemia memberikan kepada kita teladan yang luar biasa, seperti yang tercatat pada ayat-ayat dibawah ini :

Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun. Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.Nehemia 4:4-6

Nehemia meresponinya dengan mengadu kepada Tuhan, bukan melakukan serangan kepada musuh-musuhnya, dia meminta keadilan dari Tuhan atas penghinaan tersebut. Setelah itu dia tetap berkerja melanjutkan pembangunan tembok tersebut.
Berkomplot untuk menggagalkan
Musuh-musuh Nehemia kembali bersepakat untuk melakukan tindakan yang bertujuan menggagalkan proyek pembangunan tersebut, seperti : melakukan kolusi untuk menggagalkan (Nehemia 4:7-23), pemerasan (Nehemia 5:1-19), fitnah (Nehemia 6:5-9), serta pengkhianatan (Nehemia 6:10-14).
Pola manajemen krisis Nehemia untuk mengatasi krisis
Nehemiapun mendapat hikmat untuk membuat pengaturan atau manajemen sumber daya manusia yang unik, dan terbukti sanggup mematahkan semangat dan tujuan para lawannya. Berikut dibawah ini pola manajemen krisis yang dilakukan oleh Nehemia.
Berdoa mengadu kepada Tuhan [Nehemia 4:4-5]
Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.
Nehemia tidak segera bereaksi dan menyerang para lawannya, melainkan datang kepada Allah dan berdoa mencurahkan seluruh perasaannya.
Tetap fokus dan tekun membangun [Nehemia 4:6]
Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.
Tetap fokus dan terus bergerak dalam pembangunan adalah langkah yang bijaksana ketika Nehemia mengalami krisis, dia tidak mengijinkan dirinya dan seluruh Yerusalem terpengaruh oleh provokasi-provokasi dari musuh.
Waspada terhadap serangan lawan [Nehemia 4:9]
Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka.
Nehemia tidak menanggapi ancaman-ancaman para lawannya dengan menyerang balik, melainkan dia mengatur segala sesuatu antisipasinya berdasarkan kondisi-kondisi yang ada di dalam Yerusalem, salah satunya adalah fokus pembangunan tidak boleh dialihkan menjadi berperang.
Pembagian Tugas [Nehemia 4:13; 4:16 - 23]
Dalam ayat-ayat tersebut diatas Nehemia membagi orang Yerusalem berdasarkan tugas dan peranan serta wilayah hunian mereka masing-masing, guna menyebarkan beban pembangunan tersebut menjadi lebih merata dan terkendali dengan baik.
Melakukan Antisipasi Extraordinary [Nehemia 4:14]
Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu."

Sebagai pemimpin Nehemia dituntut untuk mampu memahami situasi dan tetap motivasi orang Yerusalem untuk tetap tegak berdiri ketika kondisi semakin memburuk dan membutuhkan tindakan yang “extraordinary” dan ada kemungkinan membawa kepada terhentinya sementara proses pembangunan tersebut, serta meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan guna melakukan strategi ansisipasi atas situasi yang “extraordinary” atau kondisi luar biasa yang terjadi.
Hasil dari langkah-langkah yang diambil oleh Nehemia tersebut adalah penyelesaikan pekerjaan pembangunan tembok Yerusalem yang diakui sebgai peristiwa sejarah yang sangat luar biasa / spektakuler. (Nehemia 6:15 – 7:4), karena :
  1. Pembangunan tembok Yerusalem tersebut diselesaikan hanya dalam waktu 52 (lima puluh dua) hari (Nehemia 6:15.), ditengah ancaman dan tekanan dari musuh-musuh yang berusaha menggagalkan pembangunan tembok Yerusalem.
  2. Dengan ilham Allah, Nehemia melakukan pencatatan atau inventarisasi sumber daya manusia dari komunitas orang buangan yang kembali dan yang masih tersisa di Yerusalem, supaya dapat melangkah pada pembangunan “civilization” dalam bidang keagamaan , pemerintahan atau tatanan sosial kemasyarakatan dalam kota Yerusalem. [Nehemia 7:5 – 8:1]
  3. Dalam proses pemulihan tatanan keagamaan dan ibadah Nehemia bekerja sama dengan Ezra, dengan melakukan :
    1. Pembacaan Firman Allah di depan seluruh penduduk di Yerusalem serta memperingati hari raya pondok daun [Nehemia 8:1-18]
    2. Seluruh penduduk Yerusalem berdoa, berpuasa dan mengaku dosa [Nehemia 9:1-37]
    3. Membuat sebuah perjanjian / traktat bagi umat di Yerusalem untuk taat kepada Tuhan [ Nehemia 9:38 – 10:39]
  4. Dalam proses pemulihan tatanan sosial kemasyarakatan, Nehemia melakukan [Nehemia 11 : 1 – 13 : 31] :
    1. Pembagian kembali kaum sisa [Nehemia 11:1 – 12:26]
    2. Penahbisan tembok-tembok [Nehemia 12:27-47]
    3. Reformasi-reformasi selama masa kepemimpinan Nehemia dalam tahap kedua. [Nehemia 13:1-31]


BAB III
KESIMPULAN
Jadi Nehemia adalah satu contoh tokoh Perjanjian Lama yang terkemuka. Dia sangat mengandalkan Tuhan, Dan dengan hati yang sangat terbeban, dia telah dimampukan Tuhan untuk melaksanakan penyelesaian sebuah proyek yang tampaknya mustahil, sebagaimana telah dicatat seperti dibawah ini:
Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami siap untuk membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu. Nehemia 2:18
Aku menjawab mereka, kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!" Nehemia 2:20
Nehemia memberikan teladan kepada kita, bahwa untuk menggapai sebuah cita-cita, dibutuhkan iman, doa, ketaatan, fokus, tidak mudah diprovokasi, tidak penakut, berani berkorban, kerja keras dan kegigihan.

GBU - Sonny Cornelly S
2 Ibid 1
4 Ibid 3
5 Kitab Ulangan 7:9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan,

KUASA DARAH YESUS MENURUT WAHYU 1:5b

... Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. Wahyu 1:5 b (TB) Kothbah Oleh: Ev. Sonny C...